Saturday, May 11, 2013

Pokok-Pokok Kesesatan Syiah

Syiah secara etimolologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan. Sedangkan salam istilah Syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak pemerintahan Utsman bin Affan yang dikomandoi oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi dari Yaman. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, lalu Abdullah bin Saba’ mengintrodusir ajarannya secara terang-terangan dan menggalang massa untuk memproklamirkan bahwa kepemimpinan (baca : imamah) sesudah Nabi saw sebenarnya ke tangan Ali bin Abi Thalib karena suatu nash (teks) Nabi saw. Namun, menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut.

Keyakinan itu berkembang sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Berhubung hal itu suatu kebohongan, makadiambil tindakan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian mereka melarikan diri ke Madain. Aliran Syi’ah pada abad pertama hijriyah belum merupakan aliran yang solid sebagai trend yang mempunyai berbagai macam keyakinan seperti yang berkembang pada abad ke-2 hijriyah dan abad-abad berikutnya.

Pokok-pokok Penyimpangan Syi’ah pada Periode Pertama :
1. Keyakinan bahwa imam sesudah Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib ra.
2. Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa)
3.  Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, dll.
4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan dating. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
5.  Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6.  Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hokum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
7. Keyakinan mencaci maki para sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql hal.237)

Pada abad ke-2 hijriyah, perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaini dan dijadikan sebagai aliran resmi Negara Iran sejak 1979.

Pokok-pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum :

1. Pada Rukun Iman :
Syiah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada para malaikat, Rasul, dan Qadha dan Qadar- yaitu : 
1.       Tauhid (keesaan Allah)
2.       Al-‘Adl (keadilan Allah)
3.       Nubuwwah (kenabian)
4.       Imamah (kepentingan imam)
5.       Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan)
(Lihat ‘Aqa’idul Imamiyah oleh Muhammad Ridha Mudhoffar dll.)

2. Pada Rukun Islam
Syiah tidak mencanntumkan Syahadatain dalam rukun Islam, yaitu :
1.       Shalat
2.       Zakat
3.       Puasa
4.       Haji
5.       Wilayah (Perwalian) 
(lihat Al-Khafie juz II hal 18) 

3. Syiah meyakini bahwa Al-Quran sekarang ini telah dirubah, ditambahi atau dikurangi dari yang seharusnya, seperti :
“wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina FII ‘ALIYYIN fa’ tu bi shuratim mim mits lih (Al-Kafie, Kitabul Hujjah: I/417)

Ada tambahan “fii ‘Aliyyin” dari teks asli Al-Quran yang berbunyi :
“wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina da tu bi shuratim mim mits lih” (Al-Baqarah : 23)

Karena itu mereka meyakini bahwa Abu Abdillah a.s (imam Syiah) berkata “Al-Quran yang dibawa oleh Jibril a.s kepada Nabi Muhammad saw adalah 17.000 ayat (Al-Kafi fil Ushul Juz II hal 634). Al-Quran mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut mushaf Fatimah (lihat kitab Syiah Al-Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fashlul Khithab karangan An-Nuri Ath- Thibrisy)  

4. Syiah meyakini bahwa para sahabat sepeninggal nabi saw, mereka murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal 245, Al-Ushul minal Kafi juz II hal 244)

5. Syiah menggunakan senjata “taqiyyah” yaitu berbohong dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda dengan  yang sebenarnya, untuk mengelabui (Ali Kafi fil Ushul Juz II hal 217)

6. Syiah percaya kepada Ar-Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat dikala imam Ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.

7. Syiah percaya kepada Al-Bada’, yakni tampak bagi Allah dalam hal keimanan Ismail (yang telah dinobatkan keimamannya oleh ayahnya, ja’far As-Shadiq, tetapi kemudian meninggal disaat ayahnya masih hidup) yang tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka, Allah boleh khilaf, tetapi Imam mereka tetap maksum (terjaga)

8. Syiah membolahkan “nikah mut’ah”, yaitu nikah kontrak dengan jangka waktu tertentu (lihat tafsir Minhajus Shadiqin Jus II hal 493). Padahal hal itu telah diharamkan oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri.

No comments:

Post a Comment