Thursday, November 21, 2013

Memanusiakan Manusia

Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Ad Dzariyyat: 56)
 
Jelaslah dari kata diatas makna yang begitu tegas terdapat dalam kata-kata yang singkat dan padat. Tujuan manusia yang sebenar-benar tujuan adalah beribadah kepada Sang Pencipta - Allah Azza wa Jalla-.
Ketentuan yang berlaku dari pencipta tak dapat di ganggu gugat karena disanalah tumpuan dari tujuan penciptaan yang dicipta sebagai salah satu konsekuensi penciptaan dirinya.

Beberapa masalah kemudian timbul dari dalam diri ciptaan yang terkadang lari dan lepas dari tujuan penciptaan dirinya. Mereka tidak dapat mengetahui kemana dan apa tujuan penciptaan dirinya, sehingga timbullah masalah baru yang pada akhirnya membuat dirinya melenceng jauh dari tujuan. Kurangnya pengetahuan tentang sang pencipta dan tujuan dirinya diciptakan juga dapat menjadi penyebabnya. Fenomena inilah yang terkadang disebut manusia yang bukan manusia.

Manusia yang salah arah ini belum bisa dikatakan manusia yang manusia karena dalam konteks tujuan penciptaannya. Terkait masalah tersebut, banyak perkara yang kemudian dapat kita jadikan contoh, diantaranya sikap cinta dunia dan takut mati, hedonisme yang menjadi seakan-akan hidup abadi, dan masih banyak lagi contoh kasus yang dapat kita ambil.

Dalam menangani masalah ini, maka senjata yang dibawa sejak zaman Rasulullah saw dan para rasul sebelumnya adalah ajaran yang datang dari Sang Pencipta demi meluruskan esensi penciptaan yang sebenar-benarnya. Dalam ajaran tersebut menjelaskan tentang apakah tujuan manusia, kenapa tujuan manusia adalah itu, dan kenapa harus itu tujuannya.

Dalam menjelaskan itu semua, musti dipahami bahwa setiap ciptaan akan mempertanyakan tiga pilar utama yang menentukan apakah dia adalah manusia yang memang manusia ataukah sebaliknya. Tiga pilar tersebut dikembangkan dari tiga buah pertanyaan yang setiap ciptaan pasti bertanya kepada dirinya sendiri tentang hal tersebut. Ketiga pertanyaan tersebut yaitu:
1. Darimana dia berasal?
2. Apa tujuan hidupnya?
3. Akan kemana dia setelah mati?

Dalam menjawab ketiga pertanyaan tersebut tidak boleh menerapkan pembelaan atau pembenaran terhadap diri sendiri, sehingga terbentuklah jawaban yang murni dan dapat dibuktikan kebenarannya. Saya ucapkan selamat mencari jawaban dari pertanyaan di atas, semoga jawaban yang diperoleh benar-benar murni tanpa pembelaan terhadap keyakinan yang sedang kita yakini dan juga tanpa pembenaran bagaimanapun bentuk dan wujudnya. Wallahualambissawab...



2 comments:

  1. teruskan menulisnya..dan teruskan berjuang di jalan Allah...
    semoga melalui tulisan dapat meningkatkan keimanan kita...amien

    ReplyDelete